(Cerita dan kisah nyata dari Pratiwi, female, Jogja)
Andai waktu bisa kembali dan diputar layaknya jarum jam niscaya aku tidak akan menangis, tidak bersedih dan mungkin kisah ini tidak akan tertulis dalam blog ini. Kenalin, aku adalah mahasiswa semester akhir di sebuah perguruan tinggi negeri di
Kisah ini terjadi saat aku sedang menjalani Ujian Akhir Semester Ganjil terakhirku di jurusanku. Waktu itu adalah ujian mata kuliah yang hanya 1 sks. Aku ulangi 1 sks saja…. Namun, 1 sks inilah yang memupuskan impian, harapan dan kebanggaan orangtuaku. Jadawal ujian sebenarnya dimulai jam 8 sampai jam 10 pagi namun aku tidak melihat jadwal dan saat aku bertanya pada temanku pada hari sebelumnya dia menjawab jam 9-an. Mungkin dia lupa, khilaf atau apa karena dia adalah orang yang super sibuk di kelasku tetapi kesalahanku adalah aku tidak melihat jadwal ujian, tidak konfirmasi ke yang lain. Aku terkejut waktu ditelpon temenku padahal jarak rumah dan kampusku itu 45 menit padahal waktu jam 8.30-an. Aku pikir jika ujian sampe jam 10 aku masih bisa mengejar dan kenyataannya ujian mulai jam 8 dan jam ujian cuma 60 menit jadi jam 9 sudah selesai. Aq mencoba tenang dan bahkan sempat bercanda dengan teman-teman karena aku berpikir masih ada remidiasi.
Waktu pun terus berputar, masalah itupun mulai terlupakan. Saat pengumuman nilai, aku benar-benar shock. Aku ingin marah, ingin muntab, menangis, sedih, semua perasaan bercampur dan seolah tidak terucapkan. Aku segera mendatangi ruang dosen, tetapi dicegat oleh teman-temanku termasuk ketua angkatanku. Aku marah pada semua yang ada di situ, aku marah-marahi mereka, aku maki-maki mereka karena nilai mereka A, B, A/B dan aku tidak mendapat nilai. Aku berpikir mengapa mereka tidak mengerti aku, memahami aku. Aku benar-benar marah, marah sekali. Aku ditenangkan oleh mereka lalu mereka mencoba menghiburku. Aku menangis sejadi-jadinya….. Aku sedih banget… Bayangin, aku tinggal melangkah 3 bulan lagi untuk wisuda jadi harus menambah 1 semester lagi karena 1 sks ini. Sakit sekali, sesak sekali di dada kurasakan saat itu….
Teman-temanku lalu mencoba menghubungi koordinator akademik dan kita dijanjikan pukul 12. Aku menangis sejadi-jadinya, emang aku tidak punya nilai ya? Mid-ku? Tugas-tugasku? Apakah semua itu tidak berharga? Aku masih ditenangkan oleh teman-temanku. Aku sedih banget… Sedih banget… Andai kalian tahu perassanku dan hadir saat itu niscaya pasti akan menegerti betapa sakitnya aku. Sakiiit sekali…. Hugh… Hugh…. Koordinator akademik datang karena emosiku masih belum stabil dan saran teman-temanku maka ketua angkatanku yang menghadap beliau. Tapi ternyata setelah lobi
Aku diihibur dan ditenagkan oleh teman-temanku (untungnya ada mereka) termasuk ketua angkatanku. Dia adalah ketua angkatan sejak pertama kali aku masuk jurusan ini dan kita biasa manggil dia papah.. Aku dihibur dia di ruang komputer dosen. Aku menangis, aku sedih, aku hanya menyalahkan dan terus menyalahkan. Salah satu pertanyaanku saat itu kepadanya sambil menangis,”Kenapa ya Pah waktu tidak bisa diputar kembali?” Jawaban yang dia berikan adalah, “ Saat waktu bisa kita putar kembali niscaya kita tidak akan belajar dari kesalahan-kesalahan kita dan kita tidak akan pernah menghargai waktu.
Sampai rumah, aku mendapat tekanan yang lebih dari orangtuaku. Aku malamnya sowan ke rumah koordinator akademik bersama orang tua namun tetap saja nol, advokasi ke dekan bidang akademik dan kemahasiswaan namun tidak ketemu. Aku lelah dan aku menyerah, apalagi saat itu aku jadi berita buruk di kalangan dosen-dosen Akhirnya, aku berpikir bahwa aku harus bangkit dan tidak boleh jatuh terpuruk lagi.
Buat semua yang membaca kisahku ini :
comment 0 komentar
more_vert